Ruang Dialog: Antara Luka, Sayang, dan Proses Bertumbuh
Sabtu malam, 30 Oktober 2025, suasana Santrendelik Space terasa hangat meski gerimis sempat turun pelan-pelan. Di sudut ruang yang bertuliskan “Berani Tobat, Hebat”, tiga pembicara — Fajar, Itsna, dan Wahid — duduk berdampingan. Mereka berbagi, bukan sekadar berbicara.
Tema malam itu sederhana tapi menyentuh banyak hati: perselingkuhan.
Bukan untuk menghakimi, tapi untuk memahami — tentang bagaimana cinta bisa berubah jadi luka, bagaimana rasa percaya bisa runtuh begitu saja, dan bagaimana seseorang bisa “masih sayang meski sudah ditinggalkan”.

Dalam obrolan penuh kejujuran itu, mereka membedah sisi-sisi yang sering tersembunyi:
tentang attachment style yang membuat seseorang terus bertahan di hubungan yang menyakitkan,
tentang pola komunikasi yang bisa perlahan mengikis rasa saling percaya,
dan tentang trauma serta mati rasa yang muncul setelah disakiti.
Fajar mengajak peserta untuk berani mengakui luka tanpa merasa lemah. Dan jika cinta ada waktunya berati kita harus memastikan setiap jatuh cintah tetap diorang yang sama.
Itsna berbagi sudut pandang hangat bahwa proses pemulihan tak selalu berarti melupakan, tapi menerima bahwa luka adalah bagian dari perjalanan menjadi manusia.
Sementara Wahid sebagai pembicara yang sudah menikah memberikan tips menjaga komunikasi dan saling menurunkan ego untuk kebaikan bersama.
Salah satu kalimat yang paling menggema malam itu:
“Seringkali kita sudah keluar, tapi hati belum benar-benar pergi. Masih sayang, tapi juga sudah capek.”
Ruang Dialog malam itu menjadi tempat bagi siapa pun yang pernah patah hati untuk merasa tidak sendirian.
Bukan sekadar diskusi, tapi pertemuan antara kisah, luka, dan keberanian untuk tumbuh kembali.
Kadang, cinta mengajarkan kita tentang kehilangan sebelum akhirnya mempertemukan kita dengan versi diri yang lebih utuh.
Perselingkuhan, luka, dan rasa sayang yang belum usai hanyalah bab dari perjalanan besar bernama “belajar mencintai dengan sadar.”
Dan di antara luka yang perlahan sembuh, kita menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga:
kemampuan untuk tetap lembut, meski pernah hancur.

